
Nyeri punggung adalah salah satu masalah kesehatan yang paling umum di seluruh dunia. Orang bisa mengalami berbagai bentuk nyeri punggung, yang pada akhirnya dapat berkembang menjadi nyeri kronis, nyeri punggung bawah, atau nyeri tulang belakang. Penting untuk menangani nyeri punggung kronis sebelum menjadi lebih parah. Mencegah nyeri punggung kronis sejak awal dimulai dengan melakukan segala hal yang bisa mengurangi risiko cedera punggung di masa depan.
Ada beberapa faktor utama yang secara signifikan dapat meningkatkan risiko terjadinya nyeri punggung seiring waktu. Beberapa faktor memang tidak dapat dihindari seperti usia, genetik, atau jenis kelamin. Namun, dengan mengetahui faktor risiko yang bisa diubah, Anda dapat mengubah gaya hidup untuk mengurangi nyeri punggung atau mengelolanya dengan lebih baik.
FAKTOR RISIKO PEKERJAAN
Memiliki pekerjaan yang mengharuskan aktivitas fisik tertentu dapat meningkatkan kemungkinan munculnya masalah punggung di kemudian hari, seperti mengangkat, menarik, mendorong, membungkuk, gerakan berulang, dan aktivitas fisik berat yang dapat menyebabkan cedera dan nyeri punggung. Contohnya, sopir jarak jauh yang terus-menerus duduk di belakang kemudi dalam waktu lama dan terpapar getaran.
Pekerjaan tertentu memberi beban lebih besar pada punggung. Bekerja di depan meja sepanjang hari dengan duduk dalam waktu lama juga bisa menyebabkan nyeri, terutama jika postur duduk buruk atau kursi tidak memiliki penyangga punggung yang memadai.
MEROKOK
Merokok mungkin tidak langsung menyebabkan nyeri punggung, tetapi meningkatkan risiko terjadinya nyeri punggung bawah. Merokok mempercepat degenerasi tulang belakang bagian bawah. Nikotin membatasi aliran darah ke tulang belakang dan diskus, sehingga mempercepat proses penuaan dan kerusakan. Merokok juga dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk menyerap dan menggunakan kalsium, yang dapat menyebabkan osteoporosis serta masalah tulang dan punggung. Merokok juga memperlambat penyembuhan dan memperpanjang rasa nyeri. Perokok jauh lebih mungkin mengalami nyeri punggung kronis dan yang mengganggu dibandingkan non-perokok.
BERAT BADAN
Berat badan saja (beserta tinggi dan bentuk tubuh) tampaknya tidak terlalu berpengaruh terhadap kemungkinan Anda mengalami nyeri punggung. Namun, kelebihan berat badan atau obesitas dapat memberikan tekanan tambahan pada sendi, tulang belakang, dan diskus, yang dapat menyebabkan nyeri punggung bawah. Orang yang kelebihan berat badan juga cenderung kurang aktif secara fisik.
POSTUR TUBUH
Meskipun orang tua Anda sering mengingatkan untuk “duduk tegak”, para ahli kini sepakat bahwa postur tubuh saja—baik buruk maupun baik—tidak akan secara langsung menyebabkan nyeri punggung ataupun melindungi Anda darinya. Membungkuk tidak terlalu berpengaruh terhadap kesehatan tulang belakang secara keseluruhan. Namun, postur yang buruk dapat memperburuk nyeri yang sudah ada. Memperbaiki cara tubuh bergerak (mekanika tubuh) dapat membantu meredakan gejala dan mencegah kekambuhan. Kondisi fisik tubuh yang lemah merupakan salah satu alasan utama mengapa orang sering mengalami nyeri punggung jenis “keseleo dan ketegangan otot”.
STRES PSIKOLOGIS
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Arthritis Care and Research menunjukkan bahwa orang yang mengalami depresi memiliki kemungkinan 60% lebih tinggi untuk mengalami nyeri punggung sepanjang hidup dibandingkan mereka yang tidak mengalami depresi. Stres, kecemasan, dan emosi negatif dapat memengaruhi seberapa besar perhatian seseorang terhadap rasa sakit serta persepsinya terhadap tingkat keparahannya.
Sebagian dari jawabannya mungkin terletak pada kenyataan bahwa nyeri kronis dan depresi memiliki beberapa karakteristik biokimia yang sama. Ketidakseimbangan neurotransmitter seperti serotonin dan norepinefrin, misalnya, berperan dalam gangguan suasana hati seperti depresi, dan juga terlibat dalam penciptaan sensasi nyeri. Ini dapat menjelaskan mengapa penderita depresi cenderung mengalami nyeri yang lebih parah dan berlangsung lebih lama.
Kecemasan dan depresi juga dapat membuat Anda lebih sensitif terhadap nyeri, sehingga rasa sakit terasa lebih berat. Gangguan tidur yang sering menyertai depresi dan kecemasan juga bisa memperburuk kondisi. Untungnya, pengaruh psikologis terhadap nyeri punggung dapat diatasi melalui terapi perilaku kognitif (CBT), di mana konselor akan membantu Anda mengenali pikiran, perilaku, dan perasaan negatif serta meresponsnya dengan cara yang lebih positif.

Dr Tony Setiobudi adalah Dokter Spesialis Bedah Ortopedi dan Tulang Belakang di Rumah sakit Mount Elizabeth (Orchard), Singapura.